Negara Pengandal kognitif
yang melebihi segalanya…….
Bosan
sudah kita melihat suatu kejadian korupsi ada dimana-mana diantaranya adalah
bank century bahkan saling bertengkarnya antara pihak penegak hukum setempat
antara cicak dan buaya, tawuran meraja rela di kalangan para siswa sekolah, dan
para mahasiswa berduyun-duyun untuk menegakan suatu keadilan Negara dengan cara
yang tidak lazim yaitu dengan menggunakan kekerasan. Tetapi dimanakah hati
nurani pemuka-pemuka Negara kita yang duduk enak di kursi kebanggaanya. Di
manakah letak penadah inspirasi rakyat ini di tamping. Mau di bawa kemanakah
Negara ini????
Negara
ini mengakui bahwa dengan bangga kita merdeka, tetapi di manakah letak
kemerdekaan ini???? Apalah arti sebuah kemerdekaan apabila moral para petinggi
rakyat sama dengan raya, yang mengrogotin suatu bangunan dari kayu sedikit demi
sedikit sehingga menjadikan kayu tersebut rapuh……apakah itu yang mereka
inginkan, hanya ingin mendapatkan kepuasan pribadi tetapi mengorbankan Negara
ini untuk kepentingan pribadi. Kenalkah mereka dengan dosa????
Suatu
pertanyaan besar bagi kita dimanakah letak pendidikan yang mereka dapat.
Padahal tujuan pendidikan tersebut selalu mengarah kepada 3 ranah kognitif, afektif,
dan juga psikomotorik. Tetapi apakah Negara kita sekarang memperhatikan ke 2
ranah tersebut? Kita bisa lihat dari kelulusan semua siswa di sekolah,
pemerintah lebih memprediksikan dengan keunggulan otaknya saja, dengan cara
meluluskan siswa yang bisa lulus UN, tetapi apakah pemrintah menimbangkan sikap
keseharian seorang siswa tersebut?, contoh lain bagi semua warga yang
menginginkan untuk dapat mempunyai pekerjaan tetap PNS harus bisa menyelsaikan
beberapa soal dari ujian test tersebut, tetapi apakah pemerintah memperhatikan
sikap peserta tersebut? Sikap yang gimana peserta tersebut bisa di percaya tuk
menjalankan suatu amanah atau kewajibannya untuk menjadi PNS??? Inilah Negara yang hanya berbudaya kognitif
adalah diatas segala-galanya.
Maka
tak heran kalau seandainya banyak pejabat-pejabat mempunyai mental yang buruk
di sa’at mereka berada pada kursi kemuliaan. Karena pemerintah tidak
memperhatikan sikap afektif para pelajar ketika berada pada pendidikan sekolah.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !