Sumber: Bab ke VIII dari "Imperialisme, Tahapan Tertinggi
Kapitalisme"
Penerjemah: Ted Sprague (Mei 2011)
Kita sekarang harus mencoba
merangkum, menarik benang-benang dari apa yang sudah kita diskusikan di atas
mengenai imperialisme. Imperialisme muncul sebagai perkembangan dan kelanjutan
langsung dari karakteristik-karakteristik fundamental kapitalisme secara umum.
Tetapi kapitalisme hanya menjadi kapitalisme imperialisme pada sebuah tahapan
tertentu dan paling tinggi dari perkembangannya, ketika beberapa karakteristik
fundamentalnya mulai berubah menjadi kebalikannya, ketika fitur-fitur dari epos
transisi dari kapitalisme ke sebuah sistem sosial dan ekonomi yang lebih tinggi
telah mengambil bentuk dan menunjukkan diri mereka dalam semua bidang. Secara
ekonomi, hal utama di dalam proses ini adalah pergeseran kapitalisme persaingan
bebas oleh kapitalisme monopoli. Persaingan bebas adalah fitur utama dari
kapitalisme dan produksi komoditas secara umum; monopoli adalah kebalikan dari
persaingan bebas, menciptakan industri skala-besar dan menggeser industri
kecil, menggantikan industri skala-besar dengan industri yang berskala bahkan
lebih besar, dan membawa konsentrasi produksi dan kapital ke sebuah titik
dimana darinya telah tumbuh dan sedang tumbuh monopoli: kartel-kartel,
sindikat-sindikat, dan perserikatan-perserikatan perusahaan, dan lalu mereka
merger dengan kapital dari lusinan bank yang memanipulasi ribuan juta dolar. Pada
saat yang mana, monopoli-monopoli ini, yang telah tumbuh dari persaingan bebas,
tidak menghapus persaingan bebas, tetapi eksis di atasnya dan bersamanya, dan
oleh karenanya menyebabkan sejumlah antagonisme-antagonisme, friksi-friksi, dan
konflik-konflik yang sangat akut dan intens. Monopoli adalah transisi dari
kapitalisme ke sebuah sistem yang lebih tinggi.
Bila kita harus memberikan
imperialisme sebuah definisi yang paling singkat, kita dapat mengatakan bahwa
imperialisme adalah tahapan monopoli dari kapitalisme. Definisi semacam ini
akan mengikutsertakan hal-hal yang paling penting; di satu pihak, kapital
finansial adalah kapital dari beberapa bank monopoli yang sangat besar, yang
merger dengan kapital dari asosiasi-asosiasi monopoli industrialis; dan di
pihak yang lain, pembagian dunia adalah transisi dari sebuah kebijakan kolonial
yang telah meluas tanpa halangan ke daerah-daerah yang belum direbut oleh
kekuatan kapitalis, ke sebuah kebijakan kolonial kepemilikan monopoli atas
daerah-daerah dunia, yang telah dibagi-bagi sepenuhnya.
Tetapi definisi-definisi singkat,
walaupun memudahkan karena mereka merangkum poin-poin utama, tetaplah tidak
memuaskan, karena kita harus menarik kesimpulan dari mereka beberapa fitur
khusus dari fenomena yang masih harus didefinisikan. Dan oleh karenanya, tanpa
melupakan watak kondisional dan relatif dari semua definisi secara umum, yang
tidak akan pernah bisa merangkul semua keterkaitan dari sebuah fenomena dalam
perkembangan penuhnya, kita harus memberikan imperialisme sebuah definisi yang
akan mengikutsertakan lima fitur utama seperti berikut ini:
(1) Konsentrasi produksi dan kapital
telah berkembang ke sebuah tahapan yang begitu tinggi sehingga menciptakan
monopoli-monopoli yang memainkan sebuah peran menentukan di dalam kehidupan
ekonomi; (2) Merger antara kapital perbankan dan kapital industrial, dan
pembentukan, berdasarkan “kapital finansial” ini, sebuah oligarki finansial;
(3) Ekspor kapital, yang berbeda dari ekspor komoditas, menjadi jauh lebih
penting; (4) Pembentukan asosiasi-asosiasi monopoli kapitalis internasional
yang membagi dunia di antara diri mereka sendiri, dan (5) pembagian teritorial
dari seluruh dunia oleh kekuatan-kekuatan kapitalis terbesar telah selesai.
Imperialisme adalah kapitalisme pada tahap perkembangan dimana dominasi
monopoli dan kapital finansial telah menjadi kenyataan, dimana ekspor kapital
telah menjadi sangat penting; dimana pembagian dunia di antara
sindikat-sindikat internasional telah dimulai; dimana pembagian
teritori-teritori dunia di antara kekuatan-kekuatan kapitalis terbesar telah
selesai.
Kita akan lihat selanjutnya bahwa
imperialisme dapat dan harus didefinisikan secara berbeda bila kita
mempertimbangkan bukan hanya konsep-konsep ekonomi dasar murni – yang merupakan
batasan dari definisi di atas – tetapi juga secara historis dimana tahapan
kapitalisme ini dalam hubungannya dengan kapitalisme secara umum, atau hubungan
antara imperialise dan dua tren utama di dalam gerakan kelas buruh. Hal yang
harus dicatat sekarang adalah bahwa imperialisme, seperti yang diartikan di
atas, tidak diragukan lagi mewakilkan sebuah tahapan khusus di dalam
perkembangan kapitalisme. Untuk memungkinkan para pembaca memahami gagasan
paling dasar dari imperialisme, saya sengaja mengutip sebanyak mungkin ahli-ahli
ekonomi borjuis yang harus mengakui fakta-fakta yang tidak bisa disangkal
berhubungan dengan tahapan ekonomi kapitalis yang terbaru ini. Dengan maksud
yang sama, saya telah mengutip dengan detil statistik-statisitk yang
memungkinkan kita untuk melihat sampai tingkatan mana kapital perbankan, dll.,
telah tumbuh, dan dimana tepatnya perubahan kuantitas-ke-kualitas dari
kapitalisme-maju ke imperialisme terekspresikan. Tentunya semua batas-batas di
dalam alam dan masyarakat adalah konvensional dan dapat berubah, dan adalah
konyol untuk berdebat, misalkan, mengenai tepatnya tahun berapa atau dekade ke
berapa imperialisme “benar-benar” menjadi kenyataan.
Namun, dalam hal mendefinisikan
imperialisme, kita harus masuk ke sebuah argumentasi, terutama, dengan Karl
Kautsky[1],
ahli teori Marxis utama dari apa-yang-disebut periode Internasionale Kedua[2]
– yakni dua-puluh-lima tahun antara 1889 dan 1914. Gagasan-gagasan fundamental
yang terekspresikan di dalam definisi imperialisme kami diserang dengan sangat
keras oleh Kautsky pada tahun 1915, dan bahkan pada bulan November 1914, ketika
dia mengatakan bahwa imperialisme tidak boleh dilihat sebagai sebuah “fase”
atau tahapan ekonomi, tetapi sebuah sebuah kebijakan, sebuah kebijakan tertentu
“yang disukai” oleh kapital finansial; bahwa imperialisme tidak bolah
“diidentifikasikan” dengan “kapitalisme jaman-sekarang”’; bahwa jika
imperialisme dimengerti sebagai “semua fenomena dari kapitalisme
jaman-sekarang” – kartel, proteksionisme, dominasi kapitalis finansial, dan
kebijakan kolonial – maka pertanyaan apakah imperialisme dibutuhkan oleh
kapitalisme terreduksi menjadi “tautologi [pengulangan semantik] yang paling
hambar”, karena dengan begitu maka “kapitalisme secara alami adalah kebutuhan
vital bagi kapitalisme”, dan seterusnya. Cara terbaik untuk menunjukkan
gagasannya Kautsky adalah dengan mengutip definisinya sendiri mengenai
imperialisme, yang bertentangan dengan isi gagasan yang telah saya kedepankan
(karena keberatan-keberatan yang datang dari kamp kaum Marxis Jerman, yang
telah menyokong gagasan-gagasan yang serupa selama bertahun-tahun, yang telah
dikenal oleh Kautsky sebagai keberatan-keberatan dari sebuah tendensi tertentu
dalam Marxisme).
Definisi Kautsky adalah sebagai
berikut:
“Imperialisme adalah sebuah produk
dari kapitalisme industrial yang sangat maju. Imperialisme adalah hasrat dari
setiap negeri kapitalis industrial untuk mengendalikan atau menjajah semua
daerah-daerah agraria luas [penekanan dari Kautsky], tidak peduli negara
mana yang mendudukinya.”[3]
Definisi ini tidak berguna sama
sekali karena ia berat-sebelah, yakni tanpa basis jelas definisi ini hanya
mempertimbangkan masalah kebangsaan (walaupun ini adalah sangat penting juga
dalam hubungannya dengan kapitalisme), definisi ini tanpa basis jelas dan dengan
keliru menghubungkan masalah ini hanya dengan negara-negara
kapitalis industrial yang menjajah negara lain, dan dengan cara yang sama serampangan
dan keliru mengedepankan penjajahan daerah-daerah agraria.
Imperialisme adalah sebuah hasrat
untuk menjajah – ini adalah aspek politik dari definisi Kautsky. Ini
benar, tetapi sangat tidak lengkap, karena secara politik, imperialisme adalah,
secara umum, sebuah tendensi menuju kekerasan dan reaksi. Namun untuk sementara
kita tertarik pada aspek ekonomi dari permasalahan ini, yang Kautsky sendiri
masukkan ke definisinya. Kekeliruan dari definisi Kautsky sangatlah mencolok.
Karakter utama dari imperialisme bukanlah kapital industrial tetapi
kapital finansial. Bukanlah sebuah kebetulan kalau di Prancis justru
perkembangan pesat dari kapital finansial, dan melemahnya kapital industrial,
yang dari tahun 80an menyebabkan intensifikasi kebijakan penjajahan (kolonial)
secara ekstrim. Karakter utama dari imperialisme justru adalah hasratnya untuk
menjajah bukan hanya daerah-daeran agraria, tetapi bahkan daerah-daerah
yang paling terindustrialisasi (nafsu Jerman akan Belgia; nafsu Prancis akan
Lorraine), karena (1) kenyataan bahwa dunia telah terbagi-bagi memaksa mereka
yang memikirkan pembagian-ulang (redivision) untuk meluas ke setiap
macam daerah, dan (2) karakter utama dari imperialisme adalah persaingan
antara beberapa negara besar untuk meraih hegemoni, yakni perebutan teritori
bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk melemahkan musuhnya dan
melemahkan hegemoni musuhnya. (Belgia terutama penting bagi Jerman sebagai
sebuah basis operasi melawan Inggris; Inggris membutuhkan Baghdad sebagai basis
operasi melawan Jerman, dsb.)
Kautsky merujuk terutama – dan
berulang kali – pada para penulis Inggris yang, menurutnya, telah memberikan
arti politik murni pada kata “imperialisme” dalam artian yang dia, Kautsky,
pahami. Kita ambil karya oleh Hobson, seorang penulis Inggris, berjudul Imperialisme,
yang terbit pada tahun 1902, dan di sana kita membaca:
“Imperialisme yang baru berbeda
dengan yang lama; pertama, imperialisme yang baru menggantikan ambisi sebuah
kekaisaran tunggal dengan teori dan praktek kekaisaran-kekaisaran yang saling
bersaing, tiap-tiap dari mereka termotivasi oleh nafsu kemegahan politik dan
laba komersial yang serupa; kedua, dalam dominasi finansial atau investasi
terhadap kepentingan perdagangan.”[4]
Kita lihat bahwa Kautsky sangatlah
keliru dalam merujuk pada para penulis Inggris secara umum (kecuali kalau
maksudnya adalah para kaum imperialis Inggris yang vulgar, atau para peminta-maaf
imperialisme). Kita lihat bahwa Kautsky, sementara mengklaim bahwa dia terus
mendukung Marxisme, pada kenyataan mengambil satu langkah mundur dibandingkan
dengan Hobson yang sosial-liberal, yang dengan lebih tepat
mempertimbangkan dua karakter imperialisme moderen yang “konkrit secara
historis”: (1) persaingan antara beberapa negara imperialis, dan (2) dominasi
kaum finansier atas kaum pedagang. Bila imperialisme secara utama adalah
masalah penjajahan negara-negara agraria oleh negara-negara industrial, maka
perang kaum pedagang ditaruh di depan.
Definisi Kautsky bukan hanya keliru
dan tidak-Marxis. Definisinya menjadi dasar dari seluruh sistem pemikiran yang
menandakan perpecahan dengan teori Marxis dan praktek Marxis. Saya akan
berbicara mengenai ini nanti. Argumen mengenai istilah-istilah yang diungkit
oleh Kautsky, yakni apakah tahapan terakhir dari kapitalisme bisa disebut
kapitalisme atau tahapan kapital finansial tidaklah layak diberikan perhatian
serius. Mau kita panggil apapun, ini tidak ada bedanya. Esensi dari masalah ini
adalah bahwa Kautsky memisahkan politik imperialisme dari ekonominya, berbicara
mengenai penjajahan sebagai sebuah kebijakan “yang lebih dipilih” oleh kapital
finansial, dan mempertentangkannya dengan kebijakan borjuasi yang lain yang,
menurutnya, adalah mungkin di atas basis kapital finansial yang sama. Dari
sini, maka kesimpulannya adalah bahwa monopoli-monopoli adalah kompatibel
dengan metode-metode non-monopoli, damai, non-kolonial dalam politik.
Kesimpulannya adalah bahwa pembagian dunia, yang diselesaikan selama epos
kapital finansial ini, dan yang menjadi basis dari bentuk persaingan yang unik
sekarang ini antara negara-negara kapitalis terbesar, adalah kompatibel dengan
kebijakan non-imperialis. Hasilnya adalah penyangkalan dan penumpulan
kontradiksi-kontradiksi yang paling dalam dari tahapan kapitalisme yang terbaru
ini, alih-alih mengekspos kedalaman kontradiksi ini; hasilnya adalah reformisme
borjuis dan bukannya Marxisme.
Kautsky terlibat dalam sebuah
perdebatan dengan seorang apologis imperialisme dan penjajahan dari Jerman,
Cunow, yang dengan janggal dan sinis berargumen bahwa imperialisme adalah
kapitalisme jaman-sekarang; perkembangan kapitalisme adalah niscaya dan
progresif; oleh karenanya imperialisme adalah progresif; oleh karenanya kita
harus menyembah dan memuliakannya! Ini adalah seperti karikatur Marxis Rusia
yang digambarkan oleh kaum Narodnik[5]
pada tahun 1884-1885. Mereka berargumen: bila kaum Marxis percaya bahwa
kapitalisme adalah sebuah keniscayaan di Rusia, bahwa ia adalah progresif, maka
mereka baiknya memnuka sebuah kedai minuman dan mulai menanam kapitalisme!
Jawaban Kautsky kepada Cunow adalah seperti berikut ini: imperialisme bukanlah
kapitalisme jaman-sekarang; ia hanyalah salah satu bentuk kebijakan dari
kapitalisme jaman-sekarang. Kebijakan ini dapat dan harus kita lawan; lawan
imperialisme, penjajahan, dsb.
Jawaban ini tampak cukup masuk akal,
tetapi sebenarnya ini adalah sebuah advokasi perdamaian dengan imperialisme
yang lebih halus dan terselubung (dan oleh karenanya lebih berbahaya), karena
sebuah “perlawanan” terhadap kebijakan sindikat-sindikat dan bank-bank yang
tidak mempengaruhi basis ekonomi mereka adalah semata-mata reformisme borjuis
dan pasifisme, semata-mata ekspresi mimpi belaka yang penuh-kebajikan dan tidak
berbahaya. Menghindari kontradiksi-kontradiksi yang ada, melupakan yang paling
penting dari mereka, alih-alih mengekspos kedalaman mereka – inilah teori
Kautsky, yang tidak ada hubungannya dengan Marxisme sama sekali. Secara alami,
“teori” semacam ini hanya dapat mendukung persatuan dengan Cunow!
“Murni dari sudut pandang ekonomi,”
tulis Kautsky, “tidaklah mustahil kalau kapitalisme akan sekali lagi melalui
sebuah fase yang baru, yakni sebuah fase perluasan kebijakan kartel-kartel ke
kebijakan luar negeri, fase ultra-imperialisme,”[6]
yakni sebuah fase super-imperialisme, sebuah persatuan imperialisme
seluruh dunia dan bukannya pertentangan antara mereka, sebuah fase dimana
perang-perang akan berhenti di bawah kapitalisme, sebuah fase “penghisapan
bersama oleh kapital finansial internasional yang tersatukan”.[7]
Kita harus menjawab “teori
ultra-imperialisme” ini nanti untuk menunjukkan secara detil bagaimana teori
ini secara menentukan dan penuh pecah dengan Marxisme. Sekarang, sesuai dengan
tujuan umum dari karya ini, kita harus memeriksa data ekonomi sehubungan dengan
pertanyaan ini. “Dari sudut pandang ekonomi,” apakah “ultra-imperialisme”
mungkin, atau ini adalah ultra-omongkosong?
Bila sudut pandang ekonomi murni
dimaksukan sebagai “abstraksi” murni, maka semuanya dapat direduksi ke
proposisi seperti berikut ini: perkembangan bergerak ke arah monopoli-monopoli,
maka dari ini, menuju ke sebuah monopoli dunia tunggal, menuju ke sebuah
sindikat dunia tunggal. Ini tidak dapat diperdebatkan, tetapi ini juga sama
sekali tidak mengandung makna apapun seperti halnya pernyataan bahwa
“perkembangan bergerak” ke arah manufaktur pangan di laboratarium. Dalam
pengertian ini, “teori” ultra-imperialisme tidak kalah konyolnya dibandingkan
dengan “teori ultra-agrikultural”.
Akan tetapi, bila kita mendiskusikan
kondisi “ekonomi murni” dari epos kapital finansial sebagai sebuah epos
historis yang konkrit yang dimulai pada awal abad ke duapuluh, maka jawaban
terbaik yang dapat kita berikan kepada abstraksi “ultraimperialisme” yang kaku
(yang memiliki tujuan yang paling reaksioner, yakni mengalihkan perhatian dari
kedalaman antagonisme-antagonisme yang ada sekarang) adalah dengan
mempertentangkannya dengan realitas ekonomi yang konkrit dari perekonomian
dunia sekarang ini. Pembicaraan Kautsky yang tidak ada artinya mengenai
ultra-imperialisme mendorong, di antara lain, gagasan yang sangatlah keliru
yang hanya mendukung kaum apologis imperialisme, yakni kapital finansial mengurangi
ketidakseimbangan dan kontradiksi-kontradiksi perekonomian dunia, sementara
pada kenyataannya ia justru meningkatkan mereka.
R. Calwer, di buku kecilnya, An
Introduciton to the World Economy,[8]
membuat sebuah usaha untuk merangkum data ekonomi yang memungkinkan seseorang
untuk mendapatkan gambaran hubungan-hubungan internal dari perekonomian dunia di
awal abad ke duapuluh. Dia membagi dunia menjadi lima “daerah ekonomi utama”:
(1) Eropa Tengah (seluruh Eropa kecuali Rusia dan Inggris); (2) Inggris Raya;
(3) Rusia; (4) Asia Timur; (5) Amerika. Dia memasukkan koloni-koloni ke
“daerah-daerah” yang dimiliki oleh lima negara utama tersebut dan “tidak
mengikutsertakan” beberapa negara seperti Persia, Afghanistan, dan Arabia di
Asia, Moroko, Abissinia di Afrika, dsb.
Di bawah ini adalah rangkuman data
ekonomi daerah-daerah tersebut.
Daerah ekonomi utama
|
Luas daerah (juta mil persegi)
|
Jumlah penduduk (juta)
|
Transportassi
|
Perdagangan
|
Industri
|
|||
Rel kereta api (ribu kilometer)
|
Armada laut perdagangan (juta ton)
|
Import, eksport (milyar marks)
|
Output Batu bara (juta ton)
|
Output Besi mentah (juta ton)
|
Jumlah pemintal kapas (juta)
|
|||
Eropa Tengah
|
27.6 (23.6)
|
388 (146)
|
204
|
8
|
41
|
251
|
15
|
26
|
Inggris
|
28.9 (28.6)
|
398 (355)
|
140
|
11
|
25
|
249
|
9
|
51
|
Rusia
|
22
|
131
|
63
|
1
|
3
|
16
|
3
|
7
|
Asia Timur
|
12
|
389
|
8
|
1
|
2
|
8
|
0.02
|
2
|
Amerika
|
30
|
148
|
379
|
6
|
14
|
245
|
14
|
19
|
Catatan: Angka dalam tanda kurung
adalah daerah dan populasi koloni-koloni.
Kita lihat ada tiga daerah dengan
kapitalisme yang sangat maju (perkembangan alat produksi, perdagangan dan
industri yang maju): Eropa Tengah, Inggris, dan Amerika. Di antara mereka
adalah tiga negara yang mendominasi dunia: Jerman, Inggris Raya, dan Amerika
Serikat. Persaingan imperialis dan pertentangan antara negara-negara ini telah
menjadi teramat tajam karena Jerman hanya memiliki daerah yang kecil dan
beberapa koloni; pembentukan “Eropa Tengah” masih merupakan masalah masa depan,
ia sedang dilahirkan di tengah perjuangan yang akut. Untuk sekarang, fitur
utama dari seluruh Eropa adalah perpecahan politik. Di pihak lain, di
daerah-daerah Inggris dan Amerika, konsentrasi politik sangatlah maju, tetapi
ada jurang besar antara koloni-koloni besar dan koloni-koloni kecil. Namun, di
dalam koloni-koloni ini kapitalisme barulah mulai berkembang. Pertentangan
untuk merebut Amerika Latin menjadi semakin tajam.
Ada dua daerah dimana kapitalisme
tidak maju: Rusia dan Asia Timur. Di Rusia, penduduknya tersebar; di Asia
Timur, penduduknya padat; di Rusia konsentrasi politik tinggi, di Asia Timur,
konsentrasi politik tidak eksis. Partisi Cina barulah dimulai, dan perjuangan
merebut Cina antara Jepang, Amerika, dan negara-negara lain semakin menajam.
Bandingkan realitas ini – perbedaan
kondisi-kondisi ekonomi dan politik yang besar, perbedaan yang ekstrim dalam
laju perkembangan berbagai negara, dsb., dan pertentangan penuh kekerasan
antara negara-negara imperialis – dengan dongeng kecil konyolnya Kautsky
mengenai ultra-imperialisme yang “damai”. Bukankah ini adalah usaha reaksioner
dari seorang filistin yang ketakutan untuk bersembunyi dari kenyataan? Bukankah
kartel-kartel internasional yang dibayangkan oleh Kautsky sebagai embrio
“ultra-imperialisme” (seperti halnya seseorang “dapat” membayangkan manufaktur
tablet-tablet di sebuah laboratorium sebagai embrio ultra-agrikultural)
sebenarnya adalah contoh dari pembagian dan pembagian-ulang dunia,
transisi dari pembagian yang damai ke pembagian tidak-damai dan sebaliknya?
Tidakkah Amerika dan kapital finansial lainnya, yang membagi seluruh dunia
secara damai dengan partisipasi Jerman dalam, contohnya, sindikat rel kereta
api internasional atau sindikat pelayaran, sekarang terlibat di dalam pembagian-ulang
dunia berdasarkan perimbangan kekuatan-kekuatan yang baru yang sekarang sedang
diubah dengan metode-metode yang sama sekali tidak-damai?
Kapital finansial dan
sindikat-sindikat tidaklah mengurangi tetapi justru meningkatkan perbedaan-perbedaan
laju perkembangan dari berbagai bagian perekonomian dunia. Segera setelah
perimbangan kekuatan-kekuatan diubah, solusi apa yang dapat ditemukan di
bawah kapitalisme selain solusi dengan kekerasan? Statistik rel kereta api[9]
menyediakan data yang sangat akurat mengenai perbedaan laju tumbuh kapitalisme
dan kapital finansial di dalam perekonomian dunia. Dalam beberapa dekade
terakhir perkembangan imperialis, jumlah total panjang rel kereta api telah
berubah seperti berikut ini:
|
Rel kereta api (000 kilometer)
|
|||||
1890
|
1913
|
Perubahan
|
||||
Eropa
|
224
|
|
346
|
|
+122
|
|
AS
|
268
|
|
411
|
|
+143
|
|
Semua Koloni
|
82
|
125
|
210
|
347
|
+128
|
+222
|
Negara-negara merdeka dan
semi-merdeka di Asia dan Amerika
|
43
|
137
|
+94
|
|||
TOTAL
|
|
|
|
|
|
|
Jadi, perkembangan rel kereta api
adalah paling cepat di koloni-koloni dan di negara-negara merdeka (dan
semi-merdeka) di Asia dan Amerika. Di sini, seperti yang kita ketahui, kapital
finansial dari empat atau lima negara kapitalis terbesar memegang kendali
besar. Dua ratus ribu kilometer rel kereta api baru di koloni-koloni dan
di negara-negara lain di Asia dan Amerika mewakilkan kapital lebih dari 40
milyar marks yang diinvestasikan dengan baik, dengan jaminan laba besar dan
order besi yang menguntungkan, dsb., dsb.
Kapitalisme tumbuh dengan kecepatan
yang paling besar di koloni-koloni dan di negara-negara luar Eropa. Di antara
yang belakangan, kekuatan-kekuatan imperialis baru sedang tumbuh (contohnya
Jepang). Pertentangan antara kekuatan-kekuatan imperialis dunia menjadi semakin
akut. Laba yang didapatkan oleh kapital finansial dari koloni-koloni dan
negara-negara luar-Eropa yang paling menguntungkan semakin meningkat. Dalam pembagian
‘jarahan’ ini, sebagian besar jatuh ke tangan negara-negara yang kecepatan
perkembangan kekuatan produksi mereka tidak selalu yang terbesar. Di antara
negara-negara paling besar, bersama dengan koloni-koloni mereka, jumlah total
rel kereta api adalah sebagai berikut:
|
(000 kilometer)
|
||
1890
|
1913
|
|
|
Amerika Serikat
|
268
|
413
|
+145
|
Inggris Raya
|
107
|
208
|
+101
|
Rusia
|
32
|
78
|
+46
|
Jerman
|
43
|
68
|
+25
|
Prancis
|
41
|
63
|
+22
|
TOTAL
|
491
|
830
|
+339
|
Jadi, sekitar 80 persen dari total
rel kereta api yang ada terkonsentrasikan di tangan lima negara terbesar.
Tetapi konsentrasi kepemilikan rel kereta api ini, konsentrasi kapital
finansial ini, adalah jauh lebih besar karena para jutawan Prancis dan Inggris,
contohnya, memiliki banyak saham dan surat-surat berharga di rel-rel kereta api
Amerika, Rusia, dan lainnya.
Karena koloni-koloninya, Inggris
Raya meningkatkan panjang rel keretanya sebanyak 100 ribu kilometer, empat kali
lebih banyak daripada Jerman. Sementara kita ketahui bahwa di periode tersebut
perkembangan kekuatan produksi di Jerman, dan terutama perkembangan industri
batu-bara dan besi, adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan Inggris –
apalagi dibandingkan dengan Prancis dan Rusia. Pada tahun 1892, Jerman
memproduksi 4.900.000 ton besi dan Inggris memproduksi 6.800.000 ton; pada
tahun 1912 Jerman memproduksi 17.600.000 ton dan Inggris 9.000.000 ton. Oleh
karenanya Jerman jauh lebih unggul daripada Inggris dalam hal ini.[10]
Pertanyaannya adalah: Selain perang, adakah cara lain di bawah kapitalisme
untuk mengatasi jurang perbedaan antara perkembangan kekuatan-kekuatan produksi
dan akumulasi kapital di satu pihak, dan pembagian koloni dan lingkup pengaruh
kapital finansial di pihak yang lain?
Catatan:
[1] Karl
Kautsky (1854-1938) menyandang reputasi sebagai kawan lama Engels, ia termasuk
pendiri Internasionale Kedua, dan pembela Marxisme di masa awal dalam
menghadapi revisionisme Berstein. Akan tetapi, dengan semakin mendekatnya
tugas-tugas praktek dari revolusi, makin bimbanglah Kautsky, dengan lihai ia
menutupi penolakannya terhadap Marxisme revolusioner dengan menggunakan tetek
bengek sofis dan ungkapan-ungkapan 'Marxis'. Ia menjadi duri dalam daging dalam
Revolusi Oktober di Rusia 1917.
[2]
Internasional Kedua. Pada tahun 1880, Partai Sosial Demokrat Jerman mendukung
seruan dari kamerad-kamerad Belgia untuk mengadakan kongres sosialis
internasional pada tahun 1881. Kota kecil bernama Chur dipilih dan kaum
sosialis Belgia, Parti Ouvrier dari Perancis, Sosial Demokrat Jerman dan Sosial
Demokrat Swiss berpartisipasi dalam persiapan kongres yang akhirnya menuju pada
pembentukan Sosialis Internasional atau Internasionale Kedua. Tidak seperti
Internasionale Pertama, Internasionale Kedua terdiri dari partai-partai politik
yang memiliki pemimpin terpilih, program politik dan keanggotaan yang
berbasiskan di negerinya masing-masing. Seksi nasional dari Internasionale
Kedua membangun serikat buruh, terlibat dalam pemilihan umum dan sangat
terlibat dalam kehidupan klas pekerja di negerinya masing-masing. Pada tahun
1914, Internasionale Kedua mendukung Perang Dunia Pertama, dan ini menandai
awal dari kehancuran organisasi tersebut.
[3] Die
Neue Zeit, 1914, 2 (B. 32), S. 909, Sept. 11, 1914; cf. 1915, 2, S. 107 et
seq. (Catatan Lenin)
[5] Narodnik
pada awalnya adalah nama untuk kaum revolusioner Rusia pada tahun 1860an dan
1870an. Narodniki berarti “bergerak ke rakyat”. Kelompok Narodnik
dibentuk unuk merespon konflik yang semakin besar antara kaum tani miskin dan
kaum tani kaya (kulak). Kelompok tersebut tidak mendirikan organisasi yang
konkrit, namun memiliki tujuan umum sama untuk menggulingkan monarki dan kulak,
serta mendistribusikan tanah untuk kaum tani. Kaum Narodnik secara umum percaya
bahwa kapitalisme bukan merupakan sebuah keharusan akibat perkembangan
industri, dan bahwa dimungkinkan untuk melewati kapitalisme secara langsung dan
masuk ke dalam masyarakat sejenis sosialisme. Kaum Narodnik percaya bahwa kaum
tani adalah klas revolusioner yang akan menggulingkan monarki, menganggap
komune desa sebagai embrio sosialisme. Namun mereka tidak percaya bahwa kaum
tani akan mampu mencapai revolusi dengan usahanya sendiri. Sejarah hanya dapat
dibuat oleh pahlawan, individu yang luar biasa, yang akan memimpin kaum tani
menuju revolusi.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !