Prinsip Bisnis Ala Rasulullah Apakah modal utama memulai usaha? Jika Anda menjawab uang,
mungkin benar, tapi tidak dalam bisnis ala Rasulullah SAW. “Yang menjadi number
one capital dalam bisnis ala Rasulullah adalah kepercayaan (trust) dan
kompetensi,” kata pakar ekonomi syariah, Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec.
Menurut beliau, dalam trust itu ada
integritas dan kemampuan melaksanakan usaha. “Rasulullah membangun usaha dari
kecil, dari sekadar menjadi pekerja, kemudian dipercaya menjadi supervisor,
manager, dan kemudian menjadi investor.
Perjalanan dari kuadran ke kuadran
itu, menunjukkan bahwa Rasulullah adalah seorang entrepreneur yang memiliki
strategi dalam mengembangkan usahanya dan karakteristik untuk mencapai sukses.
Sebagai pengusaha dan pemimpin,
Rasulullah mempunyai sumber income yang sangat banyak. Namun beliau sangat
ringan tangan memberi bantuan. “Beliau sangat tidak sabar melihat ada umat yang
menderita dan tidak ridha melihat kemiskinan di sekitarnya atau kelaparan di
depan matanya.
Itu sebabnya, Rasulullah selalu
berinfak dengan kecepatan yang luar biasa, yang digambarkan para sahabatnya
sebagai “seperti hembusan angin”. “Beliau menyedekahkan begitu banyak hartanya
dan mengambil sedikit saja untuk diri dan keluarganya.
Sementara itu menurut Laode M.
Kamaluddin. Ph.D. dalam bukunya “14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun
Kerajaan Bisnis”, kejujuran dan keterbukaan Rasulullah dalam melakukan
transaksi perdagangan merupakan teladan bagi seorang pengusaha generasi
selanjutnya. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan
dengan standar kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan sehingga tidak
pernah membuat pelanggannya mengeluh atau bahkan kecewa. Reputasi sebagai
pelanggan yang benar-benar jujur telah tertanam dengan baik. Sejak muda, beliau
selalu memperlihatkan rasa tanggung jawabnya terhadap setiap transaksi yang
dilakukan.
Di dalam buku ini dipaparkan rahasia
bisnis Rasulullah, antara lain menjadikan bekerja sebagai ladang menjemput
surga; berpikir visioner, kreatif dan siap menghadapi perubahan; pintar
mempromosikan diri; menggaji karyawan sebelum kering keringatnya; mengutamakan
sinergisme; berbisnis dengan cinta; serta pandai bersyukur dan berucap terima
kasih.
Selain memaparkan rahasia bisnis
Rasulullah, Laode M. Kamaluddin. Ph.D juga memberi penekanan khusus pada
pentingnya menjaga amanah. Sebab kesuksesan Rasulullah tak bisa lepas dari
keberhasilannya menjaga kepercayaan (amanah), ini merupakan ciri utama dari
aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah sehingga tidak ada satupun
orang yang berinterakasi dengan beliau kecuali mendapatkan kepuasan yang luar
biasa. Dan sangat pantas jika beliau mendapatkan gelar Al-Amiin (orang yang
dapat dipercaya). Itulah modal terbesar yang tak bisa ditawar-tawar jika kita
ingin sukses dalam berbisnis seperti Rasulullah.
Prof. Afzalul Rahman dalam buku
Muhammad A Trader, mengungkapkan : “Muhammad did his dealing honestly and
fairly and never gave his customers to complain. He always kept his promise and
delivered on time the goods of quality mutually agreed between the parties. He
always showed a gread sense of responsibility and integrity in dealing with other
people. His reputation as an honest and truthful trader was well established
while he was still in his early youth”.
(Nabi Muhammad SAW adalah seorang
pedagang yang jujur dan adil (fairplay) dalam membuat perjanjian bisnis dan
tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh (komplain). Beliau selalu
menepati janjinya dan dalam menyerahkan/mengirimkan barang-barang pesanannya
selalu tepat waktu dan tetap mengutamakan kualitas barang yang telah dipesan
dan disepakati sebelumnya. Dalam berperilaku bisnis Beliau selalu menunjukkan
rasa penuh tanggung jawab dan memiliki integritas yang tinggi di mata siapapun.
Reputasi beliau sebagai seorang pedagang yang jujur dan adil telah dikenal luas
sejak beliau masih muda).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
diketahui bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pedagang yang jujur dan adil serta
dapat dipercaya dalam membuat perjanjian bisnis sehingga beliau sukses dalam
usahanya. Bandingkan dengan keadaan saat ini yang ada di sekitar kita, ada
sebagian saudara kita yang cenderung menghalalkan segala cara dalam menjual
dagangannya. Fenomena penjual daging sapi glonggongan, daging sapi dicampur
daging celeng, ayam tiren (ayam mati kemaren), borak, beras dicampur pemutih
pakaian, pewarna makanan menggunakan pewarna kain dan masih banyak lagi. Mereka
seolah tidak peduli dengan kerugian dan dampak yang akan diterima oleh
pembelinya. Semakin membuat kita prihatin mereka berdalih “cari yang haram saja
susah apalagi yang halal ?.
Di dunia mayapun seolah tak mau
ketinggalan, makin maraknya cyber crime, aksi tipu-tipu, scam, hoax, virus,
pencurian data sampai pembobolan rekening dll, membuat kita semakin prihatin.
Dari ke semua itu timbul pertanyaan di benak saya : Masih adakah kejujuran dan
keadilan serta amanah atau kepercayaan (trust) di sekitar kita?. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita semua.
Amin.
Referensi :
o
Eksiklopedia
Leadership & Manajemen Muhammad SAW, The Super Leader Super Manager – Dr.
Muhammad Syafii Antonio, M.Ec
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !